Skip to main content

AKHLAK TASAWUF



1.      Tentang definisi Tasawuf
a.       Secara bahasa
Tasawuf berasal dari kata Shafa. Kata Shafa ini berbentuk fiil mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah, yang berarti nama bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.
b.      Ayat al-qur’an tentang tasawuf
·         Ayat tentang kata Tasawuf
وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ إِنَّ اللّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q. S. 2. Al-Baqoroh, A. 115).

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q. S. 2. Al-Baqarah, A. 186).

·         Ayat tentang nuansa Tasawuf
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Q. S. 50. Qof, A. 16).
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً

Artinya: "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Q. S. 18. Al-Kahfi, A. 65).
c.       Definisi Tasawuf menurut dua Tokoh
·         ‘Amir bin Usman Al-Makki pernah mengatakan, “Tasawuf adalah seseorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama.”
·         Muhammad Ali Al-Qassab memberikan ulasannya sebagai berikut, “Tasawuf adalah akhlak yang mulia yang timbul pada masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaumnya yang mulia.”
d.      Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Dengan nilai tasawuf kita tidak sembarang memilih profesi. Kemudian, dengan nilai tasawuf menjadikan profesi yang kita pilih bertujuan untuk kepentingan umat tidak hanya untuk kepentingan pribadi. Sehingga profesi kita lebih indah manfaatnya. Selain itu, dengan nilai tasawuf seseorang melakukan pekerjaannya dilandasi dengan akhlak-akhlak terpuji seperti sabar, jujur, bekerja keras, dan bertanggung jawab. Dan pekerjaan pun dilakukan secara professional. Contohnya saat kita menjadi guru fisika kita mengajar pada siswa mengenai konsep fisika yang berkaitan dengan ayat Al-Qur’an dan Kebesaran Allah swt sehingga siswa dapat menyadari kebesaran Allah swt terutama yang ada disekitarnya.
2.      Tentang Tasawuf Fase ke-4 (Abad ke 6-7 H)
a.       Karakteristik khas tasawuf
Pada periode ini puncaknya terjadi pada masa Ibnu Arabi dengan teorinya wahdat al wujud, yang memandang bahwa wujud mutlak itu adalah Allah SWT, sedangkan wujud yang lainnya dalam alam itu adalah hanya wujud mazaji (kiasa) yang bergantung pada wujud mutlak itu. Jadi, wujud yang sebenarnya adalah satu dan wujud fenomena alam yang serba aneka, serba ganda, ini merupakan wadah penampakan (tajali) lahir dari wujud mutlak itu. Teori ini diuraikan dalam bukunya Futus al Hikam dan Futuhat al Makiyah.
b.      Suhrawardi Al Maqtul
Nama lengkap Suhrawardi adalah Abu al-Futu>h} Yah}ya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki sejumlah gelar : Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul. Sebagaimana umumnya para intelektual muslim, Suhrawardi juga melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk mengembangkan wawasannya. Wilayah pertama yang ia kunjungi adalah Maragha yang berada di kawasan Azerbaijan. Di kota ini ia belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd al-Din al-Jili. Untuk memperdalam kajian filsafat ia juga berguru pada Fakhr al-Din al-Mardini. Tampaknya tokoh terakhir ini merupakan guru filsafat yang sangat berpengaruh bagi Suhrawardi.
Melihat pada tahun hidupnya, peradaban Islam pada masa Suhrawardi berada pada fase kematangan. Kondisi ini merupakan akumulasi dari sejarah panjang peradaban Islam, terutama sejak bani Abbasiyah menjadi penguasa dunia Islam. Diawali dengan penerjemahan berbagai karya ilmiah klasik ke dalam bahasa Arab peradaban Islam terus berkembang. Kegiatan penerjemahan ini pada gilirannya mendorong lahirnya para intelektual muslim dengan berbagai karya monumental mereka sebagai indikator yang paling real bagi masa keemasan Islam mulai abad X hingga mencapai puncaknya pada abad XII. Secara garis besar, wacana pemikiran Islam pada masa ini memiliki tiga alur utama, pertama, falsafi yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rushd, kedua, mistis (tasawuf) dengan Rabi’ah al-Adawiyah, Abu Yazid al-Bustami, dan al-Ghazali di antara pionir-pionirnya, ketiga¸ gabungan dari dua aliran itu melahirkan aliran yang disebut dengan teosofi. Corak pemikiran teosofi ini selain bertumpu pada rasio, ia juga bertumpu pada rasa (dhawq) yang mengandung nilai mistis. Berdasarkan pembagian ini, agaknya pada aliran ketiga inilah Suhrawardi mengembang-kan pemikiran-pemikirannya.
Dalam konteks karya-karyanya ini, Hossein Nasr mengklasifikasikan-nya menjadi lima kategori sebagai berikut :
·         Memberi interpretasi dan memodifikasi kembali ajaran peripatetik. Termasuk dalam kelompok ini antara lain kitab : At-Talwihat al-Lauhiyyat al-‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan H}ikmah al-‘Ishraq.
·         Membahas tentang filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami : Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah fi al-‘Ishraq.
·         Karya yang bermuatan sufistik dan menggunakan lambang yang sulit dipahami : Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Yauman ma’a Jama’at al-Sufiyyin.
·         Karya yang merupakan ulasan dan terjemahan dari filsafat klasik : Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq.
·         Karya yang berupa serangkaian do’a yakni kitab Al-Waridat wa al-Taqdisat.
Banyaknya karya ini menunjukkan bahwa Suhrawardi benar-benar menguasai ajaran agama-agama terdahulu, filsafat kuno dan filsafat Islam. Ia juga memahami dan menghayati doktrin-doktrin tasawuf, khususnya doktrin-doktrin sufi abad III dan IV H. Oleh karena itu tidak mengherankan bila ia mampu menghasilkan karya besar serta memunculkan sebuah corak pemikiran baru, yang kemudian dikenal dengan corak pemikiran mistis-filosofis (teosofi). Pemikiran teosofi Suhrawardi berujung pada konsep cahaya (iluminasi, ishraqiyyah) yang lahir sebagai perpaduan antara rasio dan intuisi. Istilah Ishraqi sendiri sebagai simbol geografis mengandung makna timur sebagai dunia cahaya. Sementara mashriq yang berarti tempat matahari terbit merefleksikan sumber cahaya.
c.       Ibnu Arabi
Nama lengkapnya Muhammad Ibnu Ali ibnu Muhammad Ibnu ’Arabi al Tha’i al Hatimi. Nama ini dibubuhkan oleh Ibnu ’Arabi dalam Fihrist (katalog karya-karyanya). Orang-orang sezamannya, khususnya Sadruddin al Qunawi memanggilnya Abu’Abdullah. Banyak penulis pada umumnya menyebut dia sebagai Ibnu ‘Arabi. Nama singkat ini telah lama dipakai oleh para penulis Barat.  Dari nama lengkap tersebut kemudian oleh orang-orang setelahnya terutama yang mengaguminya Ia diberi gelar, antara lain : Muhyi-Din (Penghidup Agama) dan Syaikh al Akbar (Doktor Maximus). Lalu banyak penulis yang menggabungkan dua gelar itu menjadi : Syaikh al Akbar Muhyidin Ibnu al’Arabi. Ibnu ‘Arabi dilahirkan pada 17 Ramadan 560 H, bertepatan dengan 28 Juli 1165 m, di Mursia, Spanyol bagian tenggara. Pada waktu kelahirannya Mursia diperintah oleh Muhammad Ibnu Sa’id Ibnu Mardanisy.3(Kautsar Azhari Noer, Ibn Al’Arabi, Waĥdatul wujūd dalam Perdebatan (Jakarta : Paramadina,1995 ) hlm. 17) Sebagai anak pertama dan satu-satunya lelaki, kelahirannya jelas merupakan kebahagiaan besar bagi orang tuanya. Tujuh tahun pertama kehidupannya tampaknya dihabiskan di tengah konflik dan ketegangan lokal. Ayahnya bertugas sebagai tentara Ibnu Mardanisy, penguasa lokal yang mendirikan kerajaan kecil untuk diri sendiri dengan bantuan tentara bayaran kristen.
Secara tipikal Ibnu ‘Arabi dianggap sebagai seorang sufi. Dan anggapan ini relatif benar jika kita memahami istilah sufisme untuk menunjuk pada tambatan pemikiran dan praktek Islam yang menekankan pengalaman langsung dari obyek-obyek iman. Terlepas dari perbedaan mengenai asal-usul kata yang membentuk artinya seperti safa (suci) ; shaf (baris) suffah (penghuni masjid nabawi) : sophia (hikmah) ; atau suf (bulu domba) – tasawuf mengandung makna yang dalam yang merujuk pada kebersihan batin, mendekatkan diri pada Tuhan, menjauhkan diri dari kesombongan dan ketamakan terhadap daya tarik dunia. Tasawuf secara umum adalah falsafah hidup dan cara tertentu dalam tingkah laku manusia dalam upaya merealisasikan kesempurnaan moral, pemahaman hakikat realitas dan kebahagian rohaniah.
Dari sekian pengertian tasawuf (sufisme) di atas adalah benar jika dikatakan bahwa Ibnu ‘Arabi adalah seorang tokoh sufisme. Karena jika kita menyimak kembali riwayat hidupnya, adalah sosok yang memilih jalan ruhani yang penuh kesederhanaan pada saat kenikmatan duniawi mengelilinginya. Harta, jabatan, dan segala kemewahan ditinggalkannya demi mencari kabahagiaan hakiki. Dalam banyak literatur, Ibnu ‘Arabi memang lebih sering dimasukkan dalam kategori tokoh sufi atau dalam disiplin bidang tasawuf. Tetapi jika ada yang menyebutnya sebagai seorang filosof – seperti halnya AE. Affifi yang memandang Ibnu ‘Arabi dari sudut pandang filsafat – maka tidaklah mudah untuk menyangkalnya. Hal ini dikarenakan corak pemikirannya yang mensintesakan antara tasawuf dan filsafat. Dalam catatan sejarah pemikiran umat Islam, Ibnu ‘Arabi adalah tokoh yang memberi konstribusi besar terhadap tradisi intelektual secara tertulis. Separoh akhir dari kehidupannya telah menghasilkan ratusan karya yang mempunyai nilai sastra, intelektual dan spiritual yang tidak ternilai harganya. Memang ia adalah pemikir yang paling tinggi tingkat produktifitasnya dibanding pemikir lain. Namun sampai saat ini belum ada jumlah pasti yang disepakati para peneliti atas karya-karya Ibnu ‘Arabi.
Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang wihdatul wujud (kesatuan wujud). Meskipun demikian, istilah wihdatul wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu tidaklah berasal darinya, tetapi berasal dari Ibnu Taimiyah, tokoh yang paling keras mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut, atau setidak-tidaknya tokoh itulah yang berjasa dalam mempopulerkan ke tengah masyarakat Islam, meskipun tujuannya negatif.
Menurut faham ini bahwa setiap sesuatu yang ada memiliki dua aspek, yaitu aspek luar dan aspek dalam. Aspek luar disebut makhluk (al-khalq) dan aspek dalam disebut Tuhan (al-Haqq). Menurut faham ini aspek yang sebenarnya ada hanyalah aspek dalam (Tuhan) sedangkan aspek luar hanyalah  bayangan dari aspek dalam tersebut.
3.      Tentang Maqamat
a.       Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Tentang berapa umlah tangga atau muqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan. Perbedaannya dengan ahwal yaitu muqamat adalah jalan untuk dekat dengan Tuhan sedangkan ahwal adalah kondisi mental atau kejiwaan seseorang untuk dekat dengan Tuhan.
b.      Struktur Muqamat:
·         Taubat, secara bahasa berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah SWT. dan diajarkan Rasulullah SAW. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Contohnya taubat nasuha.
·         Wara, secara harfiah artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Sedangkan dalam pengertian sufi, al-wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keraguan-keraguan antara halal dan haram (syubhat). Sikap menjauhi diri dari yang syubhat ini sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:

 فَمَنِ اتَّقَى مِنَ الشُّبْهَاتِ فَقَدِاسْتَبْرَأَمِنْ الْحَرَامِ (رواه البخارى)
Barangsiapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR Bukhari).
·         Zuhud, secara bahasa adalah Zuhd (Arab) darwis; pertapa dalam Islam; orang yang meninggalkan kehidupan duniawi, mempunyai sikap tidak terbelenggu oleh hidup kebendaan. Amin Syukur menambahkan, zuhud berarti mengasingkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Sedangkan orang yang memiliki sikap zuhud disebut zahid. Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadid ayat 20-23.
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20)
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21)
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)
Artinya :
20.          ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
21.          berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
22.          tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
23.          (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
·         Fakir (faqr) adalah maqam yang bertujuan untuk menyucikan diri dari segala keinginan selain Allah. Tidak ada yang lebih penting dalam menghambakan diri kepada sang khalik selain membebaskan keterikatan batin kepada selain-Nya. Dengan pengertian bahwa melalui faqr, para salik akan menyadari serba terbatasnya dirinya sebagai hamba. Sehingga, perasaan itu melahirkan kepasrahan dan ketundukan.
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Artinya: “ (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang yang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan dengan melihat sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apasaja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui.” (QS al-Baqarah: 273)
·         Sabar, Al-Ghazali mengatakan,”Sabar berarti bersemayamnya pembangkit ketaatan sebagai ganti pembangkit hawa-nafsu.” Al-Junaid berkata bahwa sabar itu, ”menanggung beban demi Allah SWT. hingga saat-saat sulit tersebut berlalu”. Sedang menurut Sahl At-Tusturi, ”sabar berarti menanti kelapangan (jalan keluar, solusi) dari Allah.” Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam QS. Az-Zumar : 10
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)
Artinya : “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
·         Tawakal, kata ’tawakal’ diambil dari akar kata ’wakalah’. ”Dia mewakilkan urusannya kepada si fulan”. Kata ’mewakilkan’ disini berarti ’menyerahkan’ atau ’mempercayakan’. Tawakal berarti menggantungkan hati hanya kepada ’al wakil’ (tumpuan perwakilan).

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ٨٩

89. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).
(Al-Maidah (5): 89).
·         Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas kepuasan dengan sesuatu atau seseorang. Ridha digambarkan sebagai ”keteguhan di hadapan qadha”. Allah SWT. menyebutkan ridha dalam kitab-Nya,
Artinya : Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya [457]. Itulah keberuntungan yang paling besar".(QS. Al-Maidah (5) : 119)
c.       Mengenai:
·         Takhally yang bermakna sebagai penepisan, penyingkiran, penjauhan dan pengosongan diri dari sifat-sifat buruk. Takhalli berarti mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk, seperti: sombong, dengki, iri, cinta dunia, riya’, dan sebagainya.
·         Tahally adalah tahap periasan, estetika yang mesti dijadikan sifat kepribadiannya, setelah seseorang bertakholly. Sifat-sifat terpuji dan mulia haruslah menghias dirinya, dan itulah yang disebut Tahally. Tahalli berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat mulia, seperti: kejujuran, kasih sayang, tolong menolong sabar, ikhlas, dan sebagainya.
·         Tajally adalah manifestasi, yang merupakan buah dari Takholly dan Tahally. Menurut bahasa, tajalli berarti pernyataan atau penampakkan.
Sedangkan menurut istilah, tajalli adalah terbukanya tabir yang menghalangi hamba dengan Tuhan sehingga hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
4.      Tentang Mahabbah dan Makrifah
a.       Mahabbah
·         Pengertian
Secara etimologi, mahabbah adalah bentuk masdar dari kata:حب  yang mempunyai  arti: a) membiasakan dan tetap, b) menyukai sesuatu karena punya rasa cinta. Mahabbah (cinta) merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.
·         2 ayat tentang mahabbah
1)      Q.S Al-Baqarah ayat 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
2)      Q.S Ali Imran ayat 31
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
·         Cara mencapai mahabbah
Cintanya orang-orang sufi kepada Tuhan, mereka rela mengorbankan dirinya demi memenuhi keinginan Tuhannya. Olehnya itu, cinta atau mahabbah pada hakikatnya adalah lupa terhadap kepentingan diri sendiri, karena mendahulukan kepentingan yang dicintainya yaitu Tuhan. Mahabbah adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada Allah. Tetapi bagaimana bentuk pelaksanaan kecintaan kepada Allah itu tidak bisa dirumuskan secara pasti karena hal itu menyangkut perasaan dan penghayatan subyektif tiap sufi.
·         Tokoh dan model ajarannya
1)      Rabi’ah Al-Adawiyah, corak tasawuf Rabi’ah yang begitu menonjolkan cinta kepada Tuhan tanpa pamrih apapun merupakan suatu corak tasawuf yang baru di zamannya. Pada saat itu, tasawuf lebih didominasi corak kehidupan zuhud (asketisme) yang sebelumnya dikembangkan oleh Hasan al-Bashri yang mendasarkan ajarannya pada rasa takut (khauf) kepada Allah. Corak tasawuf yang dikembangkan oleh Rabi’ah tersebut kelak membuatnya begitu dikenal dan menduduki posisi penting dalam dunia tasawuf.
b.      Makrifah
·         Pengertian
Menurut ahli bahasa, kata Ma’rifat diambil dari kata ‘Arafa, Ya’rifu, ‘Irfan, Ma’rifatan, semua ilmu disebut Ma’rifat, dan semua Ma’rifat adalah ilmu, dan setiap orang memiliki ilmu (‘alim) tentang Allah SWT. berarti seorang yang ‘arif, dan setiap yang ‘arif berarti ‘alim. Berdasarkan pengertian ini orang yang berma’rifat adalah orang yang memiliki ilmu (‘arif). Kata Ma’rifat secara harfiah atau semantik dapat diartikan mengenal atau mengetahui dan dapat diperluas lagi pengertianya menjadi cara mengetahui atau mengenal eksistesi Tuhan.
·         2 ayat tentang makrifah
1)      Q.S Qaaf ayat 22
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
Artinya : Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.
2)      Q.S Al-Insaan ayat 13
مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الأرَائِكِ لا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلا زَمْهَرِيرًا
Artinya: Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
·         Cara mencapai makrifah
Kaum Sufi untuk mendapatkan suatu ma’rifah melalui jalan yang ditempuh dengan mempergunakan suatu alat. Menurut Al-Qusyairi ada tiga yaitu:
1)      Qalb fungsinya untuk dapat mengetahui sifat Tuhan.
2)      Ruh fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan.
3)      Sir fungsinya untuk melihat Tuhan.
Kedudukan Sir lebih halus dari Ruh dan Qalb, dan Ruh lebih halus dari Qalb. Qalb di samping sebagai alat untuk merasa juga sebagai alat untuk berpikir. Bedanya qalb dengan aql ialah kalau aql tidak dapat menerima pengetahuan tentang hakikat Tuhan, tetapi Qalb dapat mengetahui hakikat dari segala yang ada dan manakala dilimpahi suatu cahaya dari Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Posisi sir bertempat di dalam ruh, dan ruh sendiri berada di dalam qalb. Sir akan dapat menerima pantulan cahaya dari Allah apabila qalb dan ruh benar-benar suci, kosong dan tidak berisi suatu apapun. Pada suasana yang demikian, Tuhan akan menurunkan cahanya-Nya kepada mereka (Sufi). Dan sebaliknya mereka yang melakukannya (orang sufi) yang dilihat hanyalah Allah SWT.
·         Tokoh dan model ajarannya
1)      Zunnun Al-Misri, nama lengkapnya adalah Abu al-Fayd Sauban bin Ibrahim al-Misri. zunnun Al-Misri menekankan konsep Ma’rifat pada ajaran tasawuf adalah Zunnun Al-Misri, ya habibullah. Zunnun membagi tingkatan Ma’rifat dalam tiga tingkatan, yaitu : yang pertama adalah tingkat awam, dan yang kedua adalah tingkat ulama dan yang ketiga adalah tingkat sufi, seperti yang sudah diuraikan dalam Jalan Menuju Ma’rifat dan Hakekat. Menurut Zunnun Al-Misri, Ma’rifat atau mengenal Allah swt yang sesungguhnya adalah ma’rifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk Ma’rifat, tetapi itu hanya dapat digolongkan kedalam kategori ilmu saja. Selain konsep ma’rifat beliau juga mengungkapkan pengalamannya tentang khauf (rasa takut kepada Allah). Menurutnya, jika kebenaran telah meliputi diri seseorang maka kebenaran akan rasa takut kepada Allah akan meliputi dirinya. Karena “takut itu penjaga amal dan harap itu adalah penolong bencana”
2)      Al Qusairi. Menurutnya ada tiga alat yang digunakan manuasia dalam hubungannya dengan Tuhan. Qalbu untuk mnegenal sifat-sifat Tuhan, ruh untuk mencintai Tuhan, dan sir untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb, dan qalb itu tidak sama dengan hati atau jantung. Sir bertempat di ruh, ruh bertempat di qalb, qalb itu berkaitan dengan jantung. Setelah qalbunya bersih, maka sir muncul dan menerima illuminasi dari-Nya. Dia menurunkan cahaya-Nya, maka sampailah ia pada tingkat makrifah. Memperoleh makrifah merupakan suatu proses yang bersifat kontinyu. Memperoleh makrifat yang penuh tentang Tuhan, merupakan suatu hal yang tidak mungkin, karena semacam cangkir teh yang tidak akan pernah bisa menampung semua air di samudera.
5.      Tentang Tarekat
a.       Awal mula munculnya tarekat
Jika ditela’ah secara sosiologis dengan lebih mendalam, tampak ada hubungan antara latar belakang lahirnya trend dan pola hidup sufistik dengan perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan kehidupan zuhud dan ‘uzlah yang dipelopori oleh Hasan al-Bashri (110 H.) dan Ibrahim Ibn Adham (159 H.). Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup hedonistik (berfoya-foya), yang dipraktekkan oleh para pejabat Bani Umayyah. Demikian juga berkembangnya tasawuf filosofis yang dipelopori oleh Abu Mansur Al-Hallaj (309 H.). dan Ibn Arabi (637 H.), tampaknya tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh gejala global masyarakat Islam, yang cenderung tersilaukan oleh berkembangnya pola hidup rasional. Hal ini merupakan pengaruh berkembangnya filsafat dan kejayaan para filosof peripatetik, seperti; al-Kindi, Ibn Sina, Al-Farabi, dan lain-lain. Demikian juga halnya, munculnya gerakan tasawuf sunni yang dipelopori oleh al-Qusyairi, al-Ghazali dan lain-lain, juga tidak terlepas dari dinamika masyarakat Islam pada saat itu. Mereka banyak mengikuti pola kehidupan sufistik yang menjauhi syari’at, dan tenggelam dalam keasikan filsafatnya. Sehingga sebagai antitesanya, munculah gerakan kembali ke syari’at dalam ajaran tasawuf, yang dikenal dengan istilah tasawuf sunni. Adapun tarekat, sebagai gerakan kesufian populer (massal), sebagai bentuk terakhir gerakan tasawuf, tampaknya juga tidak begitu saja muncul. Kemunculannya tampaknya lebih dari sebagai tuntutan sejarah, dan latar belakang yang cukup beralasan, baik secara sosiologis, maupun politis pada waktu itu. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada masa itu, yaitu faktor kultural dan struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat dunia Islam, seperti : wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang dahsyat. Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan kekuasan. Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki dan Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan. Keadaan yang buruk ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak porandakan pusat peradaban Umat Islam (1258 M.). Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di wilayah tersebut. Pada masa itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan antar golongan banyak terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan golongan Turki dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh suasana banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan terganggu dan kehancuran umat Islam terasa di mana-mana. Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim. Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan tarekat. Di antara ulama sufi yang kemudian memberikan pengayoman kepada masyarakat umum untuk mengamalkan tasawuf secara praktis (tasawuf ‘amali), adalah Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w. 505 H./1111 M.). Kemudian menurut Al-Taftazani diikuti oleh ulama’ sufi berikutnya seperti syekh Abd. Qadir al – Jailani dan Syekh Ahmad ibn Ali al-Rifa’i. Kedua tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah dan Rifa’iyah yang tetap berkembang sampai sekarang.
Menurut Harun Nasution sejarah perkembangan tarekat secara garis besar melalui tiga tahap yaitu : tahap khanaqah, tahap thariqah dan tahap tha’ifah.
Istilah tarekat lebih banyak digunakan para ahli tasawuf. Mustafa Zahri dalam hal ini mengatakan bahwa tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, turun temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kini. Tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Tarekat yang tadinya merupakan suatu sistem atau jalan yang ditempuh menuju kepada Tuhan, kemudian menjelma dalam bentuk organisasi-organisasi yang kemudian dalam perkembangannya timbul tarekat-tarekat cabang yang merupakan perpecahan dari tarekat induknya, sehingga dengan demikian timbullah macam-macam tarekat.
b.      Dua tarekat besar yang berkembang di Indonesia
1)      Tarekat Qadariyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan ia sering pula disebut al-Jilli. Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok,, sampai ke pulau Jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib di tulis dalam bahasa arab. Berisis riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani sebanyak empat puluh episode. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar medapatkan berkah dengan sebab keramatnya.
2)      Tarikat rifaiyah didirikan oleh Syaikh Rifa’i. tarekat ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Cirri tarekat ini adalah penggunaan tabuhan rabana dalam wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan permainan debsu, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu. Permainan debus ini berkembang pula di daerah Sunda, khususnya Banten, Jawa Barat.
c.       Tata cara pelaksanaan Tarekat
Tata cara pelaksanaan tarekat antara lain:
1)      Dzikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati serta menyebutkan namanya dengan lisan. Dzikir ini berguna sebagai alat control bagi hati, ucapan dan perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan Allah.
2)      Ratib, yaitu mengucapkan lafal lailaha illa Allah dengan gaya, gerak dan irama tertentu.
3)      Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi dengan bunyi-bunyian (instrumental) seperti memukul rebana.
4)      Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
5)      Bernafas, yaiitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan dzikir yang tertentu.
d.      Pengaruh Tarekat di dunia Islam
Ditijau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula muncul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Naman, Dr. Kamil Musthafa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan tasawuf dan gerakan Syi’ah mengungkapkann, tokoh pertama yang memperkenalkan system Tariqah itu ialah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di baghdad, Sayyi Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan tarekat rifa’iyyah, dan Jalal Ad-Din Ar-Rumi di Persia. Organisasi serupa mulai timbul pada abad ke-12 M tetapi belum menonjol, dan baru nampak perkembangannya pada abad-abad berikutnya. Disamping untuk pria ada juga tarekat untuk wanita tetapi tidak berkembang dengan baik seperti tarekat untuk pria. Pada awal munculnya, tarekat berkembang di dua daerah, yaitu Khurasan dan Irak. Pada periode ini mulai timbul beberapa di antaranya tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi, tarekat Khawajagawiyah disponsori oleh Abd Al-Khaliq Ghuzdawani. Pada abad ke-13 awal mula pengaruh tarekat dalam dunia islam dimana kedudukan tarekat ini sama dengan parpol (partai politik), dan juga para tentara menjadi anggotanya, bahkan penyokong tarekat Bektasih adalah tentara Turki. oleh kerena itu, tarekat ini ketika di bubarkan oleh Sultan Mahmud II di tetang oleh tentara turki. Jadi tarekat tidak hanya berpusat pada persoalan agama, tetapi juga tarekat ini bergerak dalam persoalan dunia. Tetapi, pada saat itu terjadi penyelewengan di dalam tarekat, di mana ketika tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya ke seluruh pelosok negeri, dengan menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang tersusun dengan baik dan memberikan otonomi daerah. Setiap kelompok ada ketuanya yang di muliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Dengan ini, timbullah suatu paham yang di sebut dengan wasilah, yaitu paham bahwa permohonan seseorang tidak dapat di tujukan secara langsung kepada allah, tetapi harus melalui guru, guru-gurunya, demikian terusnya sampai kepada syekh, baru bisa bertemu dengan Allah atau berhubungan langsung dengan Allah. Inilah yang di tentang oleh Muhammad Abd Al-Wahhab di Arabia, karena paham ini sudah membawa kepada paham syirik. Pada abad ke-18 landasan penting bagi peristiwa-peristiwa terkemudian dalam kehidupan Islam umumnya dan dalam sejarah tarekat sufi pada khususnya. Sebagaimana dunia islam pada abad ke-18 dan pada awal abad ke-19 yang berjumpa dengan perluasan dan modernisasi Barat. Dalam perjumpaan itu tarekat-tarekat sufi memainnkan peran penting, tetapi kadang-kadang tidak memperoleh perhatian sebanyak kegiatan yang di lakukan oleh gerakan-gerakan radikal yang dibentuk dan dipengaruhi oleh barat. Pada abad ke-19 mulai muncul pemikiran yang negative tentang tarekat dan juga tasawuf. Banyak yang menentang dan meninggalkan tarekat. Yang pertama yang meninggalkan tarekat adalah Muhammad Abduh yang merupakan pengikut tarekat yang paling patuh, tetapi setelah betemu dengan Jamaluddin Al-Afghani, ia berubah pendirian dan meninggalkan tarekat dan mementingkan dunia disamping akhirat. Banyak para pengamat menyatakan bahwa pada era modern, tarekat secara efektif telah berakhir. Seorang otoritas besar Perancis mengenai sufisme abad pertengahan, umpamanya mengumumkan bahwa tarekat dalam keadaan runtuh sepenuhnya dan menghadapi permusuhan dan penghinaan oleh kaum elit dari dunia muslim modern. Hal ini mencerminkan ketegangan sejarah yang panjang antara kaum elit muslim intelektual perkotaan dan tarekat, maupun secara khusus ada keyakinan modern bahwa pengalaman religius yang bersifat mistis tidak bersesuaian dengan modernitas. Pada abad ke-20, peran tarekat kadang-kadang berbada. Tarekat-tarekat mapan tampak tidak efektif dalam manjawab tantangan tertentu modernitas, namun struktur-struktur dasar atau pendekatan umum masih menyediakan model bagi gerakan revivalis dan reformis islam baru. Tetapi, pada saat yang sama walaupun dalam konteks yang berubah, banyak terma pokok dalam pengalaman-pengalaman lama tarekat yang tetap berlanjut. Banyak para pengamat berpikir, bahwa begitu masyarakat menjadi lebih modern dan terindustrialisasi, fungsi-fungsi sosial guru sufi dan organisasi mereka akan menurun. Pada pertengahan abad ke-20 banyak analisis yang melukiskan gambaran tentang berkurangnya, dan mungkin lenyapnya tarekat-tarekat sufi. Tetapi malah sebaliknya, tarekat-tarekat sufi justru semakin kuat secara menakjubkan disebagian besar dunia islam serta dalam komunitas muslim dimana tarekat sufi hanyalah minoritas saja. Pada akhir abad ke-20 tradisi-tradisi sufi meiliki kekuatan khusus dalam situasi yang mengandung derajat pluralisme keagamaan yang semakin tinggi. Tradisi-tradisi ini juga mengizinkan artikulasi Islam dalam bentuk yang sesuai dengan perspektif sekularitas. Tarekat dalam dunia islam ini sangat berpengaruh besar, dimana tarekat ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat saja, tetapi mereka juga mementingkan urusan dunia dimana ketika umat Islam dalam acaman, tarekat ini pun ikut bergerak dalam menyelamatkan umat Islam dari ancaman bahaya tersebut. Bahkan dengan berkembangnya zaman tarekat ini masih memiliki peran penting dalam dunia islam.
6.      Tentang Tasawuf dan Masyarakat Modern
a.       Arti dan contoh krisis dunia modern mengenai kehilangan visi keilahian dan solusi alternatifnya
Krisis peraban modern bersumber pada penolakan terhadap hakikat ruh, Tuhan, kehidupan akhirat, hidupnya hanya mengandalkan roti semata. Eksesnya, kekuatan manusia mengalami eksternalisasi. Berikutnya, menaklukan dunia tanpa batas. Interaksi dengan alam melalui proses desakralisasi alam. Mendapat kepuasan dari alam tanpa rasa tanggung jawab apapun. Munculah berbagai krisis dunian modern. Krisis kehidupan spiritual, juga krisis kehidupan social. Idealnya penguasa bumi ini, keatas berperan sebagai Abdullah dan kebawah berperan sebagai khalifatullah. Dengan demikian keseimbangan hidupnya dapat dijaga.
Manusia dipandang sebagai khalifah Allah fil ardh, aktif, memelihara keharmonisan kosmis, membunikan rahmat-Nya dan Abdullah fil masjid, pasif dihadapan-Nya, menerima apapun rahmat yang diturunkan-Nya.
Solusinya:
·         Memperkenalkan hikmah perennial Islam tentang tatanan alam dan kaitannya dengan setiap fase kehidupan manusia.
·         Mengembangkan kesadaran perlakuan etis terhadap lingkungan alam.
·         Latihan spiritual
·         Pengalaman ajaran agama
Contohnya kerusakan lingkungan disekitar manusia.
b.      Arti dan contoh krisis dunia modern mengenai kehampaan spiritual dan solusi alternatifnya
Terlalu menggunakan rasio berakibat pada mudah dihinggapi penyakit kehampaan spiritual. Kemajuan pesat di Barat dalam bidang filsafat, ilmu, teknologi, hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia yang immanen, empiris, namun kebutuhan pokoknya yang transenden tidak terpenuhi. Kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi dengan menggali sumber ilahiyah. Menghidupkan sikap keagamaan. Manusia modern menciptakan ilusi untuk melepas tanggungjawabnya atas keberadaan tuhan. Menjauh dari hijab itu dan menggantinya dengan ilusi-ilusi yang menyenangkan baginya dan manuisa modern tradisional berupaya menyikap hijab itu untuk sampai kepada tuhan. Itulah gambaran manusia modern yang sudah terjatuh.
Untuk menentukan kembali integritas manusia secara utuh, manusia harus berada pada titik pusat, mampu mengambil jarak dari kenyataan yang senantiasa berubah dan serba profane.
Agar manusia modern:
·         Memikirkan kembali kehadiran tuhan sebagai landasan kebijakan.
·         Kembali kepada agama yang menuntun jalan hidup manusia agar selamat.
Contohnya Manusia modern menciptakan ilusi untuk melepas tanggungjawabnya atas keberadaan tuhan. Menjauh dari hijab itu dan menggantinya dengan ilusi-ilusi yang menyenangkan baginya dan manuisa modern tradisional berupaya menyikap hijab itu untuk sampai kepada tuhan. Itulah gambaran manusia modern yang sudah terjatuh.
c.       Arti dan contoh krisis dunia islam mengenai krisis pemikiran dan solusi alternatifnya
Krisis dunia islam mulai terjadi ketika kolonialisme eropa mengenai pantai dari al-Islam. Secara perlahan modernisme terus menggenaninya. Krisis ini berdimensi kosmis saat itu sekularistik-materialistik barat terjadi di dunia Islam tradisi autentik Islam mulai dirusak. Dunia Islam saat ini, mengelompok pada tiga bagian yaitu:
1)   Muslim yang masih berpegang teguh pada tradisional
2)   Muslim yang sudah terpengaruh oleh modernism
3)   Muslim yang berada ditengah ketegangan pertarungan tradisional-modernism.
Warisan intelektual Islam masih merupakan realitas yang hidup, akan membimbingnya dari pinggir lingkaran kepusat eksistensi. Di pihak lain, masuknya peradaban modern merupakan anti-tesis dari prinsip-prinsip Islam yang dipegangnya. Dimasyarakat muslim, senter masih terlihat batasan-batasan lingkaran masih diketahui bentuknya, dimensi transenden masih hadir, ibadah ritual dilaksanakan, hukum tuhan merupakan aturan pokok, figure wali masih hidup. Muslim yang hidup di pojok-pojok dunia Islam, terasing dari pengaruh modernism, dunianya homogeny, ketegangan kehidupannya normal. Muslim dipusat dunia Islam tersentuh modernism, diwarnai ketegangan yang muncul dari pertarungan dua system nilai yang berlawanan, Barat dan Islam.
Solusinya lebih memperdalam kajian tasawuf agar lebih dekat dengan Tuhan.
7.      Buku tasawuf yang pernah dibaca
·         Buku Ilmu Tsawuf oleh M. Solihin yang diterbitkan di Bandung oleh CV Pustaka Setia pada tahun 2008
·         Buku Akhlak Tasawuf oleh A. Mustofa yang diterbitkan di Bandung oleh Pustaka Setia pada tahun 2007
·         Buku Ilmu Tasawuf oleh Rosihon Anwar yang diterbitkan di Bandung oleh CV. Pustaka Setia pada tahun 2000
·         Buku Akhlak Tasawuf oleh H. A. Mustofa yang diterbitkan di Bandung oleh CV Pustaka Setia pada tahun 2010

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PUBDEKDOK

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN Bidang Pubdekdok Kegiatan Calon Anggota Penerus (KECAP) 201 8 Himpunan Mahasiswa Majalengka (HIMMAKA) Bandung Periode 2017-2018 A.    PENDAHULUAN Assalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh… Segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita, sehingga mampu untuk melalui segala aktivitas keseharian kita. Shalawat dan taslim kita tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., yang dengan segala kesabaran serta kesungguhan Beliau yang telah membimbing dan mengangkat derajat kita semua dari lembah yang penuh kedzaliman menuju ke jalan yang penuh kebenaran dan niscaya mendapatkannya. Sebagai insan akademis, mahasiswa dihadapkan pada berbagai situasi yang tentunya tidaklah sangat mudah untuk diselesaikan, sebab mereka harus mampu untuk menjawab dan menyelesaikan segala tantangan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini kemudian yang mendorong dalam m

RUANG LINGKUP PEMBAGIAN AKHLAK ( Akhlak kepada Khalik, Makhluk dan Alam )

A.     Pengertian Akhlak Akhlak   adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk. Didalam islam pengertian akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia diatas bumi yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan al-Hadist. Akhlak menurut kaum muslimin, menujukkan kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku secara spontan. Seseorang dikatakan bermental penolong, ketika dihadapkan kepada orang yang sedang dirundung kesulitan-kesulitan, secara spontan akan memberikan pertolongan tanpa banyak memperhatikan atau memikirkan untung rugi, atau ketika seseorang sedang berjalan tiba-tiba tersandung batu, maka kata-kata yang akan keluar dari

CONTOH LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN BIDANG LOGISTIK

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN   BIDANG LOGISTIK KEGIATAN CALON ANGGOTA PENERUS ( KECAP ) 2018 Himpunan Mahasiswa Majalengka (HIMMAKA) Bandung Periode 201 7 - 201 8 A.       Pendahuluan Assalamu’alaikum. Wr.Wb Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya semoga sampai kepada kita selaku umatnya amin Jauh-Jauh hari kebelakang yaitu Kegiatan Kecap HIMMAKA Alhamdulillah telah kita Lendingkan bersama. Persiapan-persiapan telah kita lakukan Jauh-jauh hari sebelum acara Kecap HIMMAKA dilaksanakan, sesuai dengan Jobdes bidangnya masing-masing yang telah diinstruksikan oleh Ketua Pelaksana (OC) dan Jajarannya. Salah satunya Bidang kami yaitu Bidang Logistik, dalam kegiatan ini untuk menjalankan tugas kinerja bidang   persiapan yang harus dilakukan tidaklah mudah. Tapi Alhamdulillah seiring dengan dukungan dan kerja sama kami, Jobdes yang