Pengertian Akhlak Menurut Bahasa
Dari
segi bahasa, akhlak (bahasa arab) bentuk jamak dari khulk. Khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti,
perangai tingkah laku atau tabiat[1]. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan “ Khalqun “ (خَلْقٌ) yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan “ Khaliq
“ (خاَلِقٌ ) yang berarti pencipta dan “ Makhluq “ (مَخْلُوْقٌ ) yang berarti
yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang
merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara
Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk .
Dalam bahasa Yunani pengertian “ Khuluqun “ (خُلُقٌ ( ini dipakai
kata ethicos atau ethos, artinya adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan
hati untuk melakukan perbuatan, kemudian kata ethicos ini berubah menjadi
ethika ( memakai h ) atau ” etika ” (
tanpa h ) dalam istilah Indonesia .
Sedangkan dalam pengertian sehari-hari “ Khuluqun “ (خُلُقٌ(umumnya
disamakan artinya dengan arti kata “ budi pekerti “ atau “ kesusilaan “ atau “
sopan santun “ .
Ibn Al- Jauzi menjelaskan bahwa al-khuluq adalah etika
yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah
(karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang
menjadi pilihan dan di usahakan seseorang. Adapun etika yang yang sudah menjadi
tabi’at bawaannya dinamakan al-khayam.
Angkatan kata “ budi
pekerti “, dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “ budi “
dan “ pekerti “ . Perkataan “ budi “ berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk
isim fa’il atau alat, yang berarti “ yang sadar “ atau “ yang menyadarkan “
atau “ alat kesadaran “ . Bentuk mashdarnya ( momenverbal ) budh yang berarti “
kesadaran “ . Sedang bentuk maf’ulnya ( obyek ) adalah budha, artinya “ yang
disadarkan “ . Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia sendiri, yang berarti “
kelakuan “ .
[1]
Dadan Nurul Haq,dkk. Aqidah Akhlak.
Hal. 20 dari Luis Ma’luf, Kamus al-Munjid
al- Maktabah al-Katulitiayas,(Beirut, tt) hal. 194
Makna Akhlak Secara Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an kata
Khuluq terdapat:
1. Dalam surat Al-Qalam
ayat 4
وَاِنّكَ لَعَلَي خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya: “
Sesungguhnya engkau telah benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
2. Dalam suat
Asy-Syua’ara ayat 137
إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ
Artinya:“(Agama
kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu”.
Ayat pertama merupakan ungkapan dalam bentuk pujian,
Ayat ini memuat pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya yg pilihan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenyataan
memang tdk ada manusia yg lbh sempurna akhlak daripada beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai suatu anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yg
telah memberi taufik kepada beliau. Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan
melainkan didapatkan pada diri beliau dlm bentuk yg paling sempurna dan paling
utama
Yang kedua mengungkapkan sifat yang terdapat pada
orang-orang kuno dahulu.Ungkapan pertama tadi merupakan barometer terhadap sesuatu yang
seyogyanya akan dilakukan, sedangkan yang kedua memberikan sifat yang telah
ada.[1]
[1]
Drs. H.M. Athoullah Ahmad, Antara Ilmu
Akhlak dan Tasawuf. Hal. 15
Makna Akhlak Secara Istilah
Dilihat
dari segi terminologi “ Akhlak “ terdapat beberapa pakar yang berpendapat
antara lain :
Ø Abu Ali Ibnu Muhammad
Ibnu Ya’qub Miskawaih :
حَالُ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلَى اَفْعَالِهَا
مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلاَرُوِيَةٍ
Artinya : “Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu”
Ø Abu Hamid Muhammad
bin Muhammad Al-Ghozali:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ
رَاسِخَةً عَنْهَا تَصْدُرُ الاْ َفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ
وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya : “Khuluk
adalah suatu ibarat dari dorongan jiwa yang secara otomatis, menimbulkan
perbuatan dengan mudah dah gampang tanpa membutuhkan pikiran dan usaha”.
Ø Ibrahim Anis :
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan bermacam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Ø Ahmad Amin :
عَرَّفَ بَعْضُهُمْ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ
الاِْرَادَةِ يَعْنِى أَنَّ الاِْرَادَةَ اِذَا اِعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا
هِيَى الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya
:“Sebagian
orang mendefinisikan akhlaq,
bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Ø Al-Qurthuby
Ahklak adalah Suatu perbuatan manusia yang bersumber dariadab-kesopanannya
disebut akhlak, karena perbuatan termasuk bagian dari kejadiannya.
Ø Muhammad bin I’laan
Ash Shodieqy
اَلْخَلْقُ
مَلَكَةٌ بِالنَّفْسِ يَقْتَدِرُ بِهَا عَلَى صُدُوْرِ الأُفْعَالِ الْجَمِيْلَةِ
بِسُهُوْلَةٍ
Artinya : “Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat
menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang
lain)”.
Ø Muhammad Abdullah
Dirros :
“Akhlak
adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal
akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang jahat)”.
Semua pengertian diatas memberi gambaran bahwa akhlak
merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat – buat atau spontan atau
tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama,
tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang baik (al-akhlakul karimah /
al-akhlakul mahmudah), sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk disebut al-akhlakul
madzmumah. [1]
Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak meliputi
faktor-faktor:
a. Pengertian
baik dan buruk
b. Apa
yang harus kita lakukan untuk diri kita dan oarnga lain
c. Tujuan
apa yang harus dicapai dalam perbuatan tersebut
d. Bagaimana
cara melakukan pekerjaan tersebut.
Jadi akhlak adalah
tingkah laku manusia yang di tinjau dari segi baik dan buruknya, apa yang
harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukan
sesuatu untuk diri sendiri dan orang lain
dalam mencapai tujuan.
[1]Syatori, op.cit, hlm. 1; Hamzah Ya’qub,
Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1993, hlm. 12
Objek Persoalan Akhlak
Adapun
objek persoalan dalam hal ini adalah bahwa peraturan-peraturan akhlak dalam
Al-Quran tidak melewatkan sesuatu sedikitpun apakah masalah yang besar ataupun
yang kecil dari kegiatan manusia dimana semuanya telah digariskan oleh Al-Quran
sebagai tuntutan tingkah laku manusia, baik yang bersifat detail maupun global.
Al-Quran
telah mengatur, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
Rasulullah SAW, hubungan manusia dengan dirinya, hubungan manusia dengan
sesamanya, bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya atau
lingkungannya. Hal ini dapat di ambil contoh:
1. Hubungan
manusia dengan Allah SWT.
Sebagai mana terdapat
dalam Al-Quran surat Al-A’raaf ayat 205
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ
الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: “Dan
sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu Termasuk orang-orang yang lalai”.
Dan contoh lain dalam
surat Al-Israa’ ayat 78
أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ
وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat)”.
Pola
hubungan antara manusia dengan Allah Swt. antara lain;
a.
Mentauhidkan Allah, yaitu
mengesakan-Nya baik dalam zat, asma’ was-shiffat maupun af’al (perbuatan-Nya)
serta menjauhkan diri dari perbuatan syirik yang bisa menghancurkan sendi-sendi
moral dan kehidupan manusia.
b.
Bertaqwa, yaitu memelihara diri dari
siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
c.
Cinta dan Ridha, seseorang akan
dikatakn mencintai Allah jika dia selalu berusha melakukan segala sesuatau yang
dicintai-Nya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak disukai-Nya atau dibenci-Nya.
d.
Tawakal, yaitu membebaskan hati dari
segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan
hanya kepada Allah Swt.
e.
Syukur, yaitu memuji si pemberi
nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur melibatkan tiga dimensi yaitu
hati, untuk ma’rifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut asma Allah
dan anggota badan untuk menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk
taat kepada Allah dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.
f.
Muraqabah, yaitu pengawasan. Kesadaran
akan pengawasan Allah Swt. akan mendorong seseorang muslim untuk selanjutnya
melakukan muhasabah (perhitungan, evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah
laku dan sikap hatinya sendiri.
g.
Taubat, yaitu sebuah kebijakan Allah
untuk menerima kembali hamba-Nya yang telah menjauhkan diri dari-Nya dan
menginginkan untuk kembali ke jalan yang benar setelah melakukan
kesalahan-kesalahan.
2.
Hubungan manusia dengan Rasulullah
SAW
Akhlak terhadap Rasulullah Saw
adalah cara kita berinteraksi secara tidak langsung kepada Rasulullah Saw. yang
meliputi tata kita bersikap kepada beliau dan segala sesuatau yang dibawahnya.
Contoh akhlak kepada Rasulullah diantaranya dengan mencintai dan memuliakannya.
Mengikuti dan mematuhi Rasulullah berarti mengikuti segala aturan yang dibawa
oleh Rasulullah yang terlembagakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah dan merupakan dua
warisan yang ditinggalkan Rasulullah untuk umat manusia sebagai pedoman hidup
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
3.
Hubungan manusia dengan dirinya
Perilaku seseorang akan mencerminkan
akhlak yang baik manakala selalu dilandasi dengan nilai-nilai yang secara
universal sudah diterima baik dalam pandangan manusia maupun pandangan Allah
Swt. Nilai-nilai diantaranya;
a.
Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang
muslim ditutut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin , benar hati,
benar perkataan, dan benar perbuatan yang harus ditegakkan kepada siapa saja.
b.
Amanah, artinya dipercaya. Sifat
amanah lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin
pudar pula sifat amanah yang dimilikinya. Amanah dalam arti sempit yaitu
memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalambentuk semula.
Sedangkan amanah dalam arti luas yaitu menyimpan rahasia orang, menjaga
kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, menuanaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dan yang paling penting adalah menjalakan segala tugas yang
diberikan oleh Allah Swt.
c.
Istiqamah, yatiu sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapai berbagai tangtangan
dan godaan.
d.
Iffah, yaitu memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut, setiaporang haruslah menjauhkan diri dari
perkataan dan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
e.
Tawadhu’, artinya rendah hati. Sikap
tawadhu’ akan akan melahirkan kesadaran bahwa apa yang dimiliki, baik bentuk
fisik, ilmu pengetahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan adlah
karunia Allah Swt.
f.
Malu, merupakan cirri yang sangat
khas akhlak mulia dalam pandangan islam. Seseorang yang tidak memiliki rasa
malu cenderung akan melakukan apa saja, tanpa memperdulikan akibat buruknya,
sekalipun akan menimpa dirnya sendiri maupun menimpa kehidupan masyarakat.
g.
Sabar, yatiu menahan diri dari
segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah. Seorang
muslim dituntut memilki sifat sabar dalam berbagai situasi, seperti sabar dalam
menerima cobaan, sabar dari keinginan hawa nafsu, sabar dalam taat kepada
Allah, sabar dalam berdakwa, sabar dalam perang dan pergaulan.
h.
Pemaaf, sikap suka memberi maaf
terhadap kesalahan orang lain tanpa harus menunggu orang yang bersalah meminta
maaf kepada dirinya.
4.
Hubungan manusia dengan sesamanya
a.
Akhlak terhadap Ibu Bapak
Akhlak kepada keluarag yaitu
mengembangkan kasih sayang diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam
bentuk komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian
melaluim kata-kata, isyarat-isyrat maupun perilaku.
Surat Al-Israa ayat 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا
كَرِيمًاوَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya: “(23)Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia. (24) dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
b.
Akhlak terhadap Keluarga
Akhlak kepada keluarag yaitu
mengembangkan kasih saying diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam
bentuk komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian
melaluim kata-kata, isyarat-isyrat maupun perilaku
c.
Akhlak terhadap Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim harus dapat berhubungan baik dengan masyarakat yang lbeih luas, baik
dalam lingkungan pendidikan, kerja, sosial, dan lingkungan lainnya.
Surat Al-Baqaraah ayat 263
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا
أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
Artinya:“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun.
Surat
An-Nur ayat 27
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ
بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُواوَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ
لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”.
Surat Al-Baqaraah ayat 83
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Artinya: “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,..”.
5.
Hubungan manusia dengan alam sekitar
atau lingkungan hidupnya.
Yang
dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam
pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia
dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan
terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia
bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata
lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri."
Comments
Post a Comment